Rheumatoid
Artritis
A. PENGERTIAN
Penyakit reumatik
adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik, progesif,
cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris.
( Rasjad Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, hal. 165 )
Reumatoid arthritis
adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan proses inflamasi pada sendi
(Lemone & Burke, 2001 : 1248).
Reumatik dapat terjadi
pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut. Namun resiko akan
meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo,
1999).
Artritis Reumatoid
adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui penyebabnya
dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam membrane sinovial yang mengarah
pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut.( Susan Martin
Tucker.1998 )
Artritis Reumatoid ( AR
) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai mengenai membran sinovial
dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku
sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. ( Diane C. Baughman. 2000 )
Artritis rematoid
adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama poliartritis
progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. ( Arif Mansjour. 2001 )
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti reumatod
arthritis tidak diketahui. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetic,
lingkungan, hormonal dan faktor system reproduksi. Namun faktor pencetus
terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus (Lemone
& Burke, 2001).
Penyebab utama kelainan
ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab
artritis reumatoid, yaitu :
1. Infeksi streptokokus
hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolik
5. Faktor genetik
serta faktor pemicu lainnya.
Pada saat ini, artritis
reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini
bereaksi terhadap kolagen tipe II; faktor infeksi mungkin disebabkan oleh
karena virus dan organisme mikoplasma atau grup difterioid yang menghasilkan
antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita
C. MANIFESTASI
KLINIS
Pola karakteristik
dari persendian yang terkena
1.
Mulai pada persendian kecil ditangan, pergelangan , dan
kaki.
2.
Secara progresif menenai persendian, lutut, bahu, pinggul,
siku, pergelangan kaki, tulang belakang serviks, dan temporomandibular.
3.
Awitan biasnya akut, bilateral, dan simetris.
4.
Persendian dapat teraba hangat, bengkak, dan nyeri ; kaku
pada pagi hari berlangsung selama lebih dari 30 menit.
5.
Deformitasi tangan dan kaki adalah hal
yang umum.
Gambaran
Ekstra-artikular
1.
Demam, penurunan berat badan, keletihan, anemia
2.
Fenomena Raynaud.
3.
Nodulus rheumatoid, tidak nyeri tekan dan dapat bergerak
bebas, di temukan pada jaringan subkutan di atas tonjolan tulang.
Rheumatoid arthritis ditandai oleh adanya gejala umum peradangan berupa:
1. demam, lemah tubuh dan pembengkakan
sendi.
2. nyeri dan kekakuan
sendi yang dirasakan paling parah pada pagi hari.
3. rentang gerak
berkurang, timbul deformitas sendi dan kontraktur otot.
4. Pada sekitar 20%
penderita rheumatoid artritits muncul nodus rheumatoid ekstrasinovium. Nodus ini terdiri
dari sel darah putih dan sisia sel yang terdapat di daerah trauma atau
peningkatan tekanan.Nodus biasanya terbentuk di jaringan subkutis di atas siku
dan jari tangan.
E. KOMPLIKASI
Kelainan sistem
pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang
merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS)
atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs,
DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada
arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf yang
terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi
artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat
ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.
F. KRITERIA DIAGNOSTIK
Diagnosis arthritis reumatoid tidak
bersandar pada satu karakteristik saja tetapi berdasar pada evaluasi dari
sekelompok tanda dan gejala.
Kriteria diagnostik
adalah sebagai berikut:
1. Kekakuan pagi hari (sekurangnya 1 jam)
2. Arthritis pada tiga atau lebih sendi
3. Arthritis sendi-sendi jari-jari
tangan
4. Arthritis yang simetris
5. Nodula reumatoid dan Faktor reumatoid
dalam serum
6. Perubahan-perubahan radiologik
(erosi atau dekalsifikasi tulang)
Diagnosis artritis reumatoid dikatakan
positif apabila sekurang-kurangnya empat dari tujuh kriteria ini terpenuhi.
Empat kriteria yang disebutkan terdahulu harus sudah berlangsung
sekurang-kurangnya 6 minggu.
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan
reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri, mengurangi inflamasi, menghentikan
kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi dan kemampuan mobilisasi penderita
(Lemone & Burke, 2001).
Adapun penatalaksanaan
umum pada rheumatoid arthritis antara lain :
1. Pemberian terapi
Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian aspirin untuk
mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAIDs untuk mengurangi inflamasi,
pemberian corticosteroid sistemik untuk memperlambat destruksi sendi dan
imunosupressive terapi untuk menghambat proses autoimun.
2. Pengaturan aktivitas
dan istirahat
Pada kebanyakan penderita, istirahat secara teratur merupakan hal penting untuk
mengurangi gejala penyakit. Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak
yang tidak perlu akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi.
Namun istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga
kekuatan otot dan pergerakan sendi.
3. Kompres panas dan
dingin
Kompres panas dan dingin digunakan untuk mendapatkan efek analgesic dan
relaksan otot. Dalam hal ini kompres hangat lebih efektive daripada kompres
dingin.
4. Diet
Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur dietnya. Diet
yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat dalam minyak ikan.
5. Pembedahan
Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah mencapai tahap akhir.
Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk menstabilkan sendi,
arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti sendi.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Data dasar pengkajian pasien tergantung padwa keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan
misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk
arthritis lainnya.
1. Aktivitas/
istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan,
nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari,
biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan.
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot,
kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan.
Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya
ketergantungan pada orang lain).
4. Makanan/ cairan
Gejala ; Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan
adekuat: mual, anoreksia
Kesulitan untuk mengunyah
Tanda : Penurunan berat badan
Kekeringan pada membran mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
6. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
Gejala : Pembengkakan sendi simetris
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga. Demam
ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
9. Interaksi sosial
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan
peran; isolasi.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan
: agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi,
destruksi sendi.
2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan
dengan: Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
3. Gangguan citra tubuh./perubahan
penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan
tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas
4. Kurang perawatan diri berhubungan
dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada
waktu bergerak, depresi.
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan
belajar), mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
kurangnya pemahaman/ mengingat,kesalahan interpretasi informasi
C. Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis
berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan/
proses inflamasi, destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
- Menunjukkan nyeri hilang/ terkontrol,
- Terlihat rileks, dapat
tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
- Mengikuti program farmakologis yang
diresepkan,
- Menggabungkan keterampilan relaksasi
dan aktivitas hiburan ke dalam program kontrol nyeri.
Intervensi dan
Rasional:.
a. Kaji nyeri, catat lokasi dan
intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda
rasa sakit non verbal
R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan
program
b. Berikan matras/ kasur keras, bantal
kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai kebutuhan
R/Matras yang lembut/ empuk, bantal yang besar akan mencegah pemeliharaan
kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi yang sakit.
Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri
c. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl,
karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace. (R/
Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral.
Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada
sendi)
d. Dorong untuk sering
mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit
di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak. (R/ Mencegah terjadinya
kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa
sakit pada sendi)
e. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat
atau mandi pancuran pada waktu bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap
hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau
suhu air kompres, air mandi, dan sebagainya. (R/ Panas meningkatkan
relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di
pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan dan luka dermal dapat
disembuhkan)
f. Berikan masase yang lembut (R/meningkatkan
relaksasi/ mengurangi nyeri)
g. Dorong penggunaan teknik manajemen
stres, misalnya relaksasi progresif,sentuhan terapeutik, biofeed back,
visualisasi, pedoman imajinasi, hypnosis diri, dan pengendalian napas. (R/
Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin meningkatkan
kemampuan koping)
h. Libatkan dalam aktivitas hiburan yang
sesuai untuk situasi individu. (R/ Memfokuskan kembali perhatian, memberikan
stimulasi, dan meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat)
i. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan
yang direncanakan sesuai petunjuk. (R/ Meningkatkan realaksasi, mengurangi
tegangan otot/ spasme, memudahkan untuk ikut serta dalam terapi)
j. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai
petunjuk (mis:asetil salisilat) (R/ sebagai anti inflamasi dan efek analgesik
ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.)
k. Berikan es kompres dingin jika
dibutuhkan (R/ Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode
akut)
2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan
dengan: Deformitas skeletal
Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Kriteria Hasil :
- Mempertahankan fungsi posisi dengan
tidak hadirnya/ pembatasan kontraktur.
- Mempertahankan ataupun meningkatkan
kekuatan dan fungsi dari dan/ atau konpensasi bagian tubuh.
- Mendemonstrasikan tehnik/ perilaku yang
memungkinkan melakukan aktivitas
Intervensi dan Rasional:.
a. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat
inflamasi/ rasa sakit pada sendi (R/ Tingkat aktivitas/ latihan tergantung dari
perkembangan/ resolusi dari peoses inflamasi)
b. Pertahankan istirahat tirah baring/
duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang
terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.(R/ Istirahat sistemik
dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk
mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan)
c. Bantu dengan rentang gerak
aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan isometris jika memungkinkan
(R/ Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi, karenanya aktivitas
yang berlebihan dapat merusak sendi)
d. Ubah posisi dengan sering dengan
jumlah personel cukup. Demonstrasikan/ bantu tehnik pemindahan dan penggunaan
bantuan mobilitas, mis, trapeze (R/ Menghilangkan tekanan pada jaringan dan
meningkatkan sirkulasi. Memepermudah perawatan diri dan kemandirian pasien.
Tehnik pemindahan yang tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit)
e. Posisikan dengan bantal, kantung
pasir, gulungan trokanter, bebat, brace (R/ Meningkatkan stabilitas (
mengurangi resiko cidera ) dan memerptahankan posisi sendi yang diperlukan dan
kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor)
f. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah
leher. (R/ Mencegah fleksi leher)
g. Dorong pasien mempertahankan postur
tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan (R/ Memaksimalkan fungsi sendi
dan mempertahankan mobilitas)
h. Berikan lingkungan yang aman, misalnya
menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi
roda. (R/ Menghindari cidera akibat kecelakaan/ jatuh)
i. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
(R/ Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan
pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat)
j. Kolaborasi: Berikan matras busa/
pengubah tekanan. (R/ Menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah pecah untuk
mengurangi risiko imobilitas)
k. Kolaborasi: berikan
obat-obatan sesuai indikasi (steroid). (R/ Mungkin
dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut)
3. Gangguan citra
tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk
melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan
mobilitas.
Kriteria Hasil :
- Mengungkapkan peningkatan rasa percaya
diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan
kemungkinan keterbatasan.
- Menyusun rencana realistis untuk masa
depan.
Intervensi dan Rasional:
a. Dorong pengungkapan mengenai masalah
tentang proses penyakit, harapan masa depan. (R/Berikan kesempatan untuk
mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara
langsung)
b. Diskeusikan arti dari kehilangan/
perubahan pada pasien/orang terdekat. Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi
pasien dalam memfungsikan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
(R/Mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan interaksi
dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi/ konseling
lebih lanjut)
c. Diskusikan persepsi pasienmengenai
bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan. (R/ Isyarat verbal/non verbal
orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang
dirinya sendiri)
d. Akui dan terima perasaan berduka,
bermusuhan, ketergantungan. (R/ Nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan
marah dan bermusuhan umum terjadi)
e. Perhatikan perilaku menarik diri,
penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan. (R/ Dapat
menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi
lebih lanjut)
f. Susun batasan pada perilaku mal
adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi perilaku positif yang dapat
membantu koping. (R/ Membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang
dapat meningkatkan perasaan harga diri)
g. Ikut sertakan pasien dalam
merencanakan perawatan dan membuat jadwal aktivitas. (Meningkatkan perasaan
harga diri, mendorong kemandirian, dan mendorong berpartisipasi dalam terapi)
h. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang
diperlukan.(R/ Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri)
i. Berikan bantuan positif bila perlu.
(R/ Memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri.
Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri)
j. Kolaborasi: Rujuk pada konseling
psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog. (R/ Pasien/orang
terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama berhadapan dengan proses jangka
panjang/ ketidakmampuan)
k. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai
petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-obatan peningkat alam perasaan. (R/
Mungkin dibutuhkan pada sat munculnya depresi hebat sampai pasien mengembangkan
kemapuan koping yang lebih efektif
4. Kurang perawatan diri berhubungan
dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada
waktu bergerak, depresi.
Kriteria Hasil :
- Melaksanakan aktivitas perawatan diri
pada tingkat yang konsisten dengan kemampuan individual.
- Mendemonstrasikan perubahan teknik/
gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
- Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/
komunitas yang dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Intervensi dan Rasional:
a. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4)
sebelum timbul awitan/ eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang
sekarang diantisipasi. (R/ Mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan
melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini).
b.Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap
nyeri dan program latihan. (R/ Mendukung kemandirian fisik/emosional)
c. Kaji hambatan terhadap partisipasi
dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana untuk modifikasi lingkungan. (R/
Menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri)
d.Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi
okupasi. (R/ Berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan
individual. Mis; memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu,
menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran)
e. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di
rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya. (R/ Mengidentifikasi masalah-masalah
yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual)
f. Kolaborasi : atur konsul dengan
lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan rumah, ahli nutrisi. (R/ Mungkin
membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan situasi di rumah)
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan
belajar), mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
kurangnya pemahaman/ mengingat,kesalahan interpretasi informasi.
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/
prognosis, perawatan.
- Mengembangkan rencana untuk perawatan
diri, termasuk modifikasi gaya hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau
pembatasan aktivitas.
Intervensi dan Rasional:
a. Tinjau proses penyakit, prognosis, dan
harapan masa depan. (R/ Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat
pilihan berdasarkan informasi)
b. Diskusikan kebiasaan pasien dalam
penatalaksanaan proses sakit melalui diet,obat-obatan, dan program diet
seimbang, l;atihan dan istirahat.(R/ Tujuan kontrol penyakit adalah untuk
menekan inflamasi sendiri/ jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan
mencegah deformitas)
c. Bantu dalam merencanakan jadwal
aktivitas terintegrasi yang realistis,istirahat, perawatan pribadi, pemberian
obat-obatan, terapi fisik, dan manajemen stres. (R/ Memberikan struktur dan
mengurangi ansietas pada waktu menangani proses penyakit kronis kompleks)
d. Tekankan pentingnya melanjutkan
manajemen farmakoterapeutik. (R/ Keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung
pada ketepatan dosis)
e. Anjurkan mencerna obat-obatan dengan
makanan, susu, atau antasida pada waktu tidur. (R/ Membatasi irigasi gaster,
pengurangan nyeri pada HS akan meningkatkan tidur dan m,engurangi kekakuan di
pagi hari)
f. Identifikasi efek samping obat-obatan
yang merugikan, mis: tinitus, perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik.
(R/ Memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat mengakibatkan takar
lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik darah yang tinggi)
g. Tekankan pentingnya membaca label
produk dan mengurangi penggunaan obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan
dokter. (R/ Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat
meningkatkan risiko takar layak obat/ efek samping yang berbahaya)
h. Tinjau pentingnya diet yang seimbang
dengan makanan yang banyak mengandung vitamin, protein dan zat besi. (R/
Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan)
i. Dorong pasien obesitas untuk
menurunkan berat badan dan berikan informasi penurunan berat badan sesuai
kebutuhan. (R/ Pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi,
terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki)
j. Berikan informasi mengenai alat bantu
(R/ Mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan individu untuk
ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan)
k. Diskusikan tekinik menghemat energi,
mis: duduk daripada berdiri untuk mempersiapkan makanan dan mandi (R/ Mencegah
kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan kemandirian)
l. Dorong mempertahankan posisi tubuh
yang benar baik pada sat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas,
misalnya menjaga agar sendi tetap meregang , tidak fleksi, menggunakan bebat
untuk periode yang ditentukan, menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama
menggunakan, dan bergeser daripada mengangkat benda jika memungkinkan. ( R:
mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup pasien untuk
mengurangi tekanan sendi dan nyeri ).
m. Tinjau perlunya inspeksi sering pada
kulit dan perawatan kulit lainnya dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan
pemberian bantalan yang tepat. ( R: mengurangi resiko iritasi/ kerusakan kulit
)
n. Diskusikan pentingnya obat obatan
lanjutan/ pemeriksaan laboratorium, mis: LED, Kadar salisilat, PT. ( R; Terapi
obat obatan membutuhkan pengkajian/ perbaikan yang terus menerus untuk menjamin
efek optimal dan mencegah takar lajak, efek samping yang berbahaya.
o. Berikan konseling seksual sesuai
kebutuhan ( R: Informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik atau
pilihan lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan
pribadi dan perasaan harga diri/ percaya diri.).
p. Identifikasi sumber-sumber komunitas,
mis: yayasan arthritis ( bila ada). (R: bantuan/ dukungan dari oranmg lain
untuk meningkatkan pemulihan maksimal).
A.
KESIMPULAN
Penyakit reumatik
adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan
dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran
sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang
menanggung beban.
Artritis rematoid
adalah merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi
pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih
lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan
gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.
B.
SARAN
Pada kesempatan ini penulis akan
mengemukakan beberapa saran sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi usaha
peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang akan datang, diantaranya :
1. Dalam melakukan asuhan keperawatan,
perawat mengetahui atau mengerti tentang rencana keperawatan pada pasien dengan
rheumatoid artritis, pendokumentasian harus jelas dan dapat menjalin hubungan
yang baik dengan klien dan keluarga.
2. Dalam rangka mengatasi masalah resiko
injuri pada klien dengan rheumatoid artritis maka tugas perawat yang utama
adalah sering mengobservasi akan kebutuhan klien yang mengalami rheumatoid
artritis.
3. Untuk perawat diharapkan mampu
menciptakan hubungan yang harmonis dengan keluarga sehingga keluarga diharapkan
mampu membantu dan memotivasi klien dalam proses penyembuhan.