MEKANISME
Suatu
antigen penyebab AR yang berada pada membran sinovial,akan diproses oleh
antigen presenting
cells
(APC)
yang terdiri dari berbagai jenis sel seperti sel sinoviosit A, sel dendritik
atau makrofag yang semuanyamengekspresi determinan HLA-DR pada membran selnya.
Antigen yangtelah diproses akan dikenali dan diikat oleh sel CD4 + bersama dengandeterminan
HLA-DR yang terdapat pada permukaan membran APC tersebutmembentuk suatu
kompleks trimolekular. Kompleks trimolekular ini denganbantuan interleukin-1
(IL-1) yang dibebaskan oleh monosit atau makrofagselanjutnya akan menyebabkan
terjadinya aktivasi sel CD4+.Pada tahap selanjutnya kompleks antigen
trimolekular tersebut akanmengekspresi reseptor interleukin-2 (IL-2) Pada
permukaan CD4+. IL-2 yangdiekskresi oleh sel CD4+ akan mengikatkan diri pada
reseptor spesifik padapermukaannya sendiri dan akan Menyebabkan terjadinya
mitosis danproliferasi sel tersebut. Proliferasi sel CD4+ ini akan berlangsung
terusselama antigen tetap berada alam
lingkunan tersebut. Selain IL-2, CD4+yang telah teraktivasi juga mensekresi
berbagai limfokin lain seperti gamma-interferon,
tumor
necrosis factor b (TNF-b), interleukin-3 (IL-3),
interleukin-4(IL-4),granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GM-CSF)
Sertabeberapa mediator lain yang bekerja merangsang makrofag untukmeningkatkan
aktivitanads fagositosisnya dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk
memproduksi antibodi. Produksi antibodi oleh sel B inidibantu oleh IL-1, IL-2,
dan IL-4.Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi yangdihasilkan
akan membentuk kompleks imun yang akan berdifusi secarabebas ke dalam ruang
sendi. Pengendapan kompleks imun akanmengaktivasi sistem komplemen yang akan
membebaskan komponen-komplemen C5a. Komponen-komplemen C5amerupakan faktor
kemotaktikyang selain meningkatkan permeabilitas vaskular juga dapat menarik lebihbanyak
sel polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke arah lokasi tersebut.Pemeriksaan
histopatologis membran sinovial menunjukkan bahwa lesi yangpaling dini dijumpai
pada AR adalah peningkatan permeabilitas mikrovaskularmembran sinovial,
infiltrasi sel PMN dan pengendapan fibrin pada membransinovial.Fagositosis
kompleks imun oleh sel radang akan disertai olehpembentukan dan pembebasan
radikal oksigen bebas, leukotrien,prostaglandin dan protease
neutral(collagenase dan stromelysin) yang akanmenyebabkan erosi rawan sendi dan
tulang.8,10Radikal oksigen bebas dapatmenyebabkan terjadinya depolimerisasi
hialuronat sehingga mengakibatkanterjadinya penurunan viskositas cairan sendi.
Selain itu radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan
sendi.Prostaglandin E 2(PGE2) memiliki efek vasodilator yang kuat dandapat
merangsang terjadinya resorpsi tulang osteoklastik dengan bantuan IL-1 dan
TNF-b.Rantai peristiwa imunologis ini sebenarnya akan terhenti bilaantigen
penyebab dapat dihilangkan dari lingkungan tersebut. Akan tetapipada AR,
antigen atau komponen antigen umumnya akan menetap padastruktur persendian,
sehingga proses destruksi sendi akan berlangsung terus.Tidak terhentinya
destruksi persendian pada AR kemungkinan jugadisebabkan oleh terdapatnya faktor
reumatoid. Faktor reumatoid adalah suatuautoantibodi terhadap epitop fraksi Fc
IgG yang dijumpai pada 70-90 %pasien AR. Faktor reumatoid akan berikatan dengan
komplemen ataumengalami agregasi sendiri, sehingga proses peradangan akan
berlanjutterus. Pengendapan kompleks imun juga menyebabkan
terjadinyadegranulasimast cell yang menyebabkan terjadinya pembebasan
histamindan berbagai enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam
arakidonat.Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibatpengendapan kompleks
imun menyebabkan terbentuknya pannus yangmerupakan elemen yang paling
destruktif dalam patogenesis AR. Pannusmerupakan jaringan granulasi yang
terdiri dari sel fibroblas yangberproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis
sel radang. Secarahistopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus
terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan jaringan kolagen
danproteoglikan
Terapi nonfarmakologi
1. Pendidikan pada pasien
mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin
hubungan baik dan terjamin ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam jangka
waktu yang lama.
2. Istirahat
Rencana penyembuhan termasuk
penjadwalan istirahat. Pasien harus belajar mendeteksi tanda-tanda tubuh, dan
tahu kapan harus menghentikan atau memperlambat aktivitas, untuk mencegah rasa
sakit karena aktivitas berlebihan. Beberapa pasien merasakan teknik relaksasi,
pengurangan stres, dan biofeedback sangat membantu. Beberapa pasien menggunakan
tongkat atau bidai untuk melindungi persendian dari tekanan. Bidai atau penahan
(braces) memberikan dukungan ekstra pada otot yang lemah. Mereka juga menjaga persendian
pada posisi yang benar selama tidur maupun beraktivitas. Bidai hanya dipakai
untuk masa terbatas sebab otot membutuhkan latihan untuk mencegah kekakuan dan
kelemahan. Terapis atau dokter dapat membantu menentukan bidai yang tepat.
3. Terapi fisik
Mengurangi rasa sakit dengan
cara non farmakologik. Terapi fisik dengan panas atau dingin dan latihan fisik
akan membantu menjaga dan mengembalikan rentang gerakan sendi dan mengurangi
rasa sakit dan kejang otot. Mandi atau berendam air hangat akan mengurangi rasa
sakit dan kekakuan. Efek fisiologi dari suhu adalah relaksasi otot dan
mengurangi rasa sakit. Walau demikian pemakaian panas harus dipertimbangkan
secara komprehensif bagi pasien
Penderita ada yang melakukan
penyembuhan tanpa obat.
Ø Handuk hangat, kantung panas
(hot packs), atau mandi air hangat, dapat mengurangi kekakuan dan rasa sakit.
Ø Kadang kantung es (cold packs)
dibungkus handuk dapat menghilangkan rasa sakit atau mengebalkan bagian yang
ngilu. Tanyakan kepada dokter atau terapi mana yang lebih cocok bagi pasien.
Untuk artritis di lutut, pasien dapat memakai sepatu dengan sol tambahan yang
empuk untuk meratakan pembagian tekanan akibat berat, dengan demikian akan
mengurangi tekanan di lutut
4. Menurunkan berat badan
Kelebihan berat badan
meningkatkan beban biomekanik pada sendi penyangga berat dan ini adalah
prediktor tunggal paling baik dari kebutuhan operasi sendi. Pengurangan berat
badan dikaitkan dengan pengurangan simtom dan kecacatan. Walau penurunan hanya
5 lb (2,5Kg) dapat menurunkan tekanan biomekanik pada sendi penyangga beban.
Walau intervensi diet untuk yang berat badan berlebih masuk akal, tetapi ini
membutuhakan motivasi yang kuat dan program penurunan badan yang terstruktur.
Diet yang sehat dan olahraga akan sangat membantu.
Terapi Farmakologi
1. OAINS diberikan sejak dini
untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang
dapat diberikan:
a. Aspirin
Pasien dibawah 50 tahun dapat
mulai dengan dosis 3-4 x 1 g/hari, kemudian dinaikkan 0,3-0,6 g per minggu
sampai terjadi perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl.
b.
Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dan sebagainya.
NSAIDs. Obat anti-infalamasi
nonsteroid (NSAID) dapat mengurangi gejala nyeri dan mengurangi proses
peradangan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah ibuprofen dan natrium
naproxen. Golongan ini mempunyai risiko efek samping yang tinggi bila
dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.
2. Kortikosteroid. Golongan
kortikosteroid seperti prednison dan metilprednisolon dapat mengurangi
peradangan, nyeri dan memperlambat kerusakan sendi. Dalam jangka pendek
kortikosteroid memberikan hasil yang sangat baik, namun bila di konsumsi dalam
jangka panjang efektifitasnya berkurang dan memberikan efek samping yang
serius.
3. DMARD (Disease-Modifying
Antirheumatic Drugs): Methotrexate (Immunosupresan), Leflunomide, Sulfasalazin,
Hydroxychloroquine
4. Agen Biologi (Etanercept,
Infliximab, Adalimumab, Anakinra, Abatacept, Rituximab)
5. Obat remitif (DMARD) lain.
Obat ini diberikan untuk pengobatan jangka panjang. Oleh karena itu diberikan
pada stadium awal untuk memperlambat perjalanan penyakit dan melindungi sendi
dan jaringan lunak disekitarnya dari kerusakan. Yang termasuk dalam golongan
ini adalah auranofin, Azathioprine, Penicillamine, Cyclosporine dan garam emas.
6. Pembedahan menjadi pilihan
apabila pemberian obat-obatan tidak berhasil mencegah dan memperlambat
kerusakan sendi. Pembedahan dapat mengembalikan fungsi dari sendi anda yang
telah rusak. Prosedur yang dapat dilakukan adalah artroplasti, perbaikan
tendon, sinovektomi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar